(Fictional) La Riviera

Hugo Chaska
3 min readJun 14, 2022

--

My favorite place to be is right here
Not thinking bout what brings me down, yeah
My favorite way to be without fear is in the now I’m learning how…

This place never disappoints, ever. A cool town located just north of Jakarta, with a lot of interesting, well, points of interest. Like I said in my previous story, it’s pretty much a safe haven for Chinese Indonesians. A place where the atmosphere ‘can’ be calming, that is if you come here on weekdays. Besides, it’s also a place where you can actually get some good Chinese food (not that I like any of them). Some of Jakarta’s top car enthusiasts also like to gather around here, doing meetups and stuff. So, yeah, it’s a pretty nice place. But you know what’s even better? Spending a good time with a Chinese Indonesian girl here, of course.

“Enak ya di sini udaranya, adem kena angin laut,”

“Iya nih, untung kita dateng jam segini. Mataharinya juga lagi ga terik-terik amat,”

“Gila udah lama banget gue ga kesini, perasaan udah nambah macem-macem aja,”

“Iya, sekarang emang banyak banget hiburannya,”

Sebagai orang yang tinggal di Jakarta Selatan, aku memang cukup jarang ke PIK. Jaraknya memang cukup jauh, belum lagi harga-harganya cukup mahal. Namun sesekali menghabiskan waktu disini ternyata seru juga. Jalan-jalan bersama Yola, yang memang lebih mengenal tempat ini daripada aku. Ia mengajakku ke sini sejak minggu lalu sejak ada kabar La Riviera sudah dibuka untuk umum.

“Nah, akhirnya sampe juga kita. Wih, bangunan-bangunannya keren bangett,” ujar Yola.

“Wah iya, ada kanalnya lagi di tengah. Eropa banget ga sih ini,” jawabku.

“Foto dari tengah sini keren sihh, fotoin gue dong,” pinta Yola sembari menuju tengah jembatan kanal.

“Wahh elu mau recreate pose yang di 2521 ya? Boleh juga tuh,” responku dengan antusias.

“Bentar, gue ambil hape dulu. Oke, satu, dua,”

Cekrek, cekrek. Yola terlihat sangat cantik, bahkan dari belakang. Cardigan warna nudenya menjadi highlight utama outfitnya hari ini. The rest? Well, let’s just say it’s the usual Chindo attire. Crop top hitam, cutoff shorts biru tua, dan sneakers Fila kebanggaannya. Outfit yang sangat cocok dengannya, in my opinion. Mine? Nothing special, really. Sneakers Reebok Classic favoritku, celana jeans pendek, dan t-shirt hitam dengan flanel krem sebagai luarannya. A bit matching with her, actually.

“Liat dong, liat dong. Wihh langitnya cakep yaa,” ujar Yola sambil melihat foto-fotoku.

“Iya, langitnya kayak bukan di Jakarta ga sih? Ini sih pasti anak-anak fotgraf pada gas kesini nih,” jawabku.

“Iya nih, ajak Ko Yudha buat photoshoot disini kayaknya asik,” balas Yola.

“Nah menarik tuh, apalagi dia sukanya yang natural lighting kan?” responku.

Sebenarnya La Riviera belum benar-benar dibuka. Aku juga belum yakin ruko-ruko disini sudah terjual semua. Tapi pemandangannya yang ala Eropa benar-benar menarik. Banyak juga pengunjung lain yang sudah berdatangan ke sini. Semoga saja nanti harga-harga disini tidak terlalu mahal, batinku.

Tidak terasa matahari sudah otw tenggelam. Kami mengambil banyak foto di area ini, bahkan sampai tak terhitung saking banyaknya. Kami pun segera masuk mobil dan pergi ke pantai pasir putih untuk menikmati sunset sore itu. A date with a Chindo girl, at PIK? Sign me up anytime, man.

Fast life no thanks no I’m doing just fine, one foot then another
Floating enjoying my freedom, singing off key, yeah
I like it better when I’m under the sun…

--

--

Hugo Chaska

I write stuff, whenever I feel like doing it. Mostly about public transport. Semua tulisan murni opini saya, tidak mewakili pihak tertentu.